Konflik Satwa Liar dan Manusia (By. Wido Albert)

Gambar

Padang-HarimauKita.or.id – Konflik antara satwa liar dengan manusia kembali memakan korban. Namun kali ini yang menjadi korban adalah satwa. Seekor macan dahan (Neofelis diardi) mati dalam keadaan yang mengenaskan setelah di aniaya oleh warga Kampung Tumbulun Karang Putih, Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat. Satwa malang ini tertangkap ketika masuk kedalam kandang kambing milik warga sekitar pukul 07.30 WIB, 12 april 2013. Satwa yang semula diperkirakan adalah harimau ini, mati dengan luka disekujur tubuhnya. Berdasarkan pengamatan di lokasi kejadian, saat bangkai satwa ini dievakuasi dari lokasi kejadian oleh pihak BKSDA SUMBAR, terlihat usus dari satwa ini terburai keluar karena badannya terkena sabetan benda tajam. Tindakan ini dilakukan warga setempat dengan alasan melindungi diri mereka dan hewan peliharaannya, seperti dikutip dari ucapan salah satu warga yang mengatakan “dari pada kami yang mati kan lebih baik hewan ini saja yang dibunuh”.

Beberapa hari sebelum kejadian, masyarakat di desa tersebut sudah resah dengan keberadaan satwa ini. Berdasarkan dari laporan masyarakat sudah lima ekor kambing yang hilang dari kandangnya semenjak malam pertama kedatangan satwa ini ke pemukiman masyarakat, pada tanggal 03 april 2013. Setelah kejadian tersebut masyarakat sangat resah, sehingga mereka mengungsi ke tempat lain. Warga pun langsung melaporkan hal tersebut ke pihak BKSDA SUMBAR. Pihak BKSDA SUMBAR pun langsung turun bersama dengan relawan dari Universitas Andalas untuk meninjau lokasi dan memasang perangkap di sekitar daerah tersebut. Berdasarkan laporan awal dari warga setempat, awalnya satwa ini diperkirakan adalah seekor harimau. Beberapa kali satwa ini terlihat di malam hari oleh warga, mereka menyebutkan telah melihat seekor harimau yang ukurannya tidak terlalu besar, namun tim BKSDA SUMBAR yang saat itu dipimpin oleh Rusdiyan Ritonga masih ragu satwa jenis apa yang masuk ke pemukiman warga dan telah memangsa kambing warga tersebut, sehingga tim dari BKSDA dibantu oleh beberapa mahasiswa dari Universitas Andalas memasang kamera pengintai di lokasi kejadian tidak jauh dari perangkap.

Menurut Dr. Wilson Novarino ahli satwa dari Universitas Andalas, satwa jenis ini masih tergolong ke dalam kelompok kucing dengan ukuran sedang dan keberadaannya di alam terancam punah. Satwa jenis ini juga termasuk ke dalam daftar jenis satwa yang di lindungi di Indonesia pada PPRI no. 7 tahun 1999, sehingga keberadaanya seharusnya terus dijaga di alam dan tidak dibinasakan.

Kasus konflik antara satwa liar dengan manusia bagaikan pisau bermata dua. Disatu sisi kita dituntut untuk dapat melindungi dan menjaga satwa liar yang ada di alam namun di sisi lain keamanan dan keresahan yang dirasakan masyarakat terhadap berkeliarannya satwa ini di pemukiman mereka juga harus di perhatikan. Namun menurut Rusdiyan Ritonga, tidak dapat dipungkiri masuknya satwa dari alam liar ke pemukiman warga juga akibat dari ulah manusia yang telah mengeksploitasi secara besar-besaran habitat mereka. Sehingga mereka tidak lagi merasa aman dan mendapatkan makanan dari habitat aslinya dialam liar. Seperti yang terlihat di lokasi kejadian, habitat dari satwa ini khususnya di sekitar lokasi kejadian konflik, telah banyak digunakan sebagai lokasi tambang oleh PT. Semen Padang. Selain itu desa tempat kejadian konflik satwa dengan manusia ini berbatasan langsung dengan hutan lindung yang notabenenya merupakan habitat dari beberapa jenis satwa liar, sehingga tidak heran jika daerah ini juga dapat dijangkau dengan mudah oleh satwa liar seperti macan dahan. Namun saat sekarang ini yang terpenting adalah manusia dituntut untuk dapat menjaga kesetimbangan ini di alam sehingga tidak lagi ada kasus konflik yang merugikan bagi manusia ataupun satwa itu sendiri. Harapannya adalah tidak ada lagi satwa liar khususnya satwa yang statusnya di alam sudah terancam punah kembali menjadi korban dari konflik dengan manusia. Dan juga manusia dapat hidup berdampingan dengan alam tanpa ada konflik seperti yang terjadi di Kampung Tumbulun Karang Putih, Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat ini. (Wido Albert)

Leave a comment